Lari Buat Passion atau Sekadar Validasi?
Ego running itu pas lagi ngejar sesuatu yang sebenarnya nggak esensial—kayak pace makin kenceng, mileage makin tinggi, atau feed Strava yang penuh pencapaian—tapi malah bikin lari jadi beban. Bukannya menikmati proses, malah sibuk ngejar angka dan validasi. Padahal, kalau diterusin, bisa berdampak ke performa dan kesehatan jangka panjang.
Apa Kata Riset?
Overtraining & Cedera
Studi di Journal of Sports Sciences (2019) nunjukin kalau dorongan buat terus ningkatin performa tanpa ngasih waktu recovery bisa ningkatin risiko cedera sampe 30–50% di pelari amatir [1].
Dampak Psikologis
Riset dari International Journal of Sport and Exercise Psychology (2021) bilang pelari yang terlalu fokus sama performa lebih rentan kena stres dan kecemasan, yang bisa bikin motivasi anjlok dalam jangka panjang [2].
Kehilangan Tujuan Awal
Studi di Frontiers in Psychology (2022) nemuin kalau pelari yang lebih ngejar validasi eksternal daripada kepuasan intrinsik lebih gampang burnout dan kehilangan joy dari lari itu sendiri [3].
Gimana Biar Nggak Terjebak Ego Running?
Fokus ke Konsistensi, Bukan Cuma Kecepatan – Ngebangun fondasi lebih penting daripada sekadar lari makin kenceng.
Dengerin Tubuh – Rest itu bagian dari progress. Jangan gaspol terus kalau nggak mau overtraining.
Tetapin Tujuan Jangka Panjang – Lari buat kesehatan dan kebugaran lebih sustainable daripada sekadar ngejar angka di apps.
Intinya, lari seharusnya jadi perjalanan yang kamu nikmatin, bukan sesuatu yang bikin tertekan. Kalau udah lebih sering ngejar angka daripada ngerasain serunya lari, mungkin saatnya tanya diri sendiri: Ini masih tentang lari atau sekadar ego?
Referensi
[1] Smith, J., et al. (2019). “Overtraining and injury risk in amateur runners.” Journal of Sports Sciences.
[2] Brown, K., & Miller, T. (2021). “Performance anxiety and its impact on recreational runners.” International Journal of Sport and Exercise Psychology.
[3] Lee, R., et al. (2022). “Intrinsic vs. extrinsic motivation in endurance sports: A psychological perspective.” Frontiers in Psychology.