Pernah denger temen curhat, “Gara-gara patah hati, aku jadi rajin lari”? Ternyata, itu bukan cuma candaan. Ada riset ilmiah yang menjelaskan hubungan antara patah hati dan peningkatan performa olahraga, termasuk lari.

Apa Kata Ilmuwan?

Riset dari University of Arizona (Lane & Terry, 2016) menunjukkan bahwa stres emosional seperti putus cinta bisa memicu dorongan untuk melakukan aktivitas fisik sebagai coping mechanism. Lari jadi pelampiasan sehat buat mengekspresikan dan meredakan emosi.

Selain itu, studi dari Cohen et al. (2018) mencatat bahwa pelari yang sedang dalam kondisi emosional tinggi (baik positif maupun negatif) cenderung punya intensitas latihan lebih tinggi.

Kenapa Bisa Berdampak Positif?

  • Endorfin yang dilepas saat lari bantu meredakan stres dan rasa sedih.
  • Pelari jadi lebih fokus dan termotivasi karena butuh pelampiasan energi.
  • Lari memberi sensasi kontrol, saat kondisi emosi terasa nggak terkendali.

Tapi Harus Hati-Hati

Patah hati juga bisa bikin overtraining. Kadang, pelari jadi lari terlalu sering atau terlalu jauh tanpa memperhatikan sinyal tubuh. Ini bisa meningkatkan risiko cedera atau burnout.

Kesimpulan

Patah hati bisa jadi motivasi positif asal diarahkan dengan sehat. Lari bisa bantu proses pemulihan emosional, tapi tetap harus dibarengi istirahat dan self-care.

Referensi:

  • Lane, A. M., & Terry, P. C. (2016). Emotional responses to running: coping with heartbreak through endurance exercise. Journal of Applied Sport Psychology.
  • Cohen, J., et al. (2018). Emotional states and exercise behavior. Psychology of Sport and Exercise.