Kamu pasti pernah denger: “Lari bikin hati adem dan pikiran plong.” Tapi, apakah itu cuma sugesti, atau ada dasar ilmiahnya?
Apa Kata Penelitian?
Penelitian dari Harvard Medical School (2020) menunjukkan bahwa aktivitas aerobik seperti lari memicu pelepasan endorfin dan serotonin—dua hormon yang berperan dalam rasa senang dan relaksasi. Hal ini sering disebut dengan istilah “runner’s high”, yaitu kondisi euforia alami yang muncul setelah lari intensitas sedang ke atas.
Studi lain oleh Blumenthal et al. (1999) bahkan menemukan bahwa lari tiga kali seminggu selama 30 menit bisa seefektif antidepresan dalam mengurangi gejala depresi ringan hingga sedang.
Kenapa Lari Beda dari Olahraga Lain?
Lari itu ritmis, bisa dilakukan sendiri, dan memberi ruang buat berpikir. Buat banyak orang, lari adalah bentuk meditasi aktif. Riset juga menyebutkan bahwa olahraga outdoor (seperti lari di taman) punya dampak relaksasi lebih besar dibanding indoor.
Tapi Tetap Harus Seimbang
Kalau lari dilakukan berlebihan atau jadi bentuk pelarian dari emosi tanpa disadari, justru bisa memicu stres baru. Maka dari itu, penting untuk tetap mindful dan memberi tubuh waktu istirahat.
Kesimpulan
Fakta: lari bisa bantu mengurangi stres secara ilmiah. Tapi seperti semua hal baik, kuncinya ada di dosis dan niat. Lari dengan niat merawat diri, bukan menghindar dari diri.
Referensi:
- Harvard Health Publishing (2020). Exercising to relax.
- Blumenthal, J.A., et al. (1999). Effects of exercise training on older patients with major depression. Archives of Internal Medicine.