Kalau kamu sering bingung: lebih baik napas lewat hidung atau mulut saat lari? Jawabannya… tergantung! Tapi mari kita bahas dengan pendekatan ilmiah.
Napas Lewat Hidung
Keunggulan:
- Menyaring dan menghangatkan udara
- Mengontrol ritme pernapasan
- Meningkatkan oksigenasi lebih stabil (McKeown, 2018)
Kekurangan:
- Sulit dipertahankan saat intensitas tinggi
- Bisa bikin pelari pemula cepat ngos-ngosan
Napas Lewat Mulut
Keunggulan:
- Mengalirkan lebih banyak udara saat intensitas tinggi
- Memudahkan ventilasi saat lari cepat atau menanjak
Kekurangan:
- Bisa bikin mulut kering dan tenggorokan iritasi
- Kurang optimal untuk kontrol ritme napas
Apa yang Disarankan?
Penelitian dari NEMS Lab (2021) menunjukkan bahwa kombinasi teknik nasal + oral breathing adalah yang paling efisien saat intensitas meningkat. Maksudnya gimana? Udara masuk lewat hidung dan mulut secara bersamaan—hidung bantu kontrol ritme dan menyaring udara, mulut bantu suplai oksigen lebih cepat.
Biasanya teknik ini dilakukan dengan:
- Tarik napas lewat hidung dan mulut bersamaan (terutama saat butuh asupan udara besar)
- Buang napas lewat mulut (lebih cepat dan lega)
Cara ini bantu pelari menjaga suplai oksigen tetap stabil tanpa ngos-ngosan, terutama saat tempo run atau lari di tanjakan.
Tips Praktis
- Easy run: coba dominan hidung
- Tempo run dan interval: kombinasi hidung + mulut
- Jangan dipaksakan—ikuti kenyamanan tubuh
Kesimpulan
Nggak ada satu cara napas yang benar untuk semua situasi. Yang penting: efisien, ritmis, dan nyaman. Coba bereksperimen di berbagai jenis latihan biar tahu mana yang paling cocok buat kamu.
Referensi:
- McKeown, P. (2018). The Oxygen Advantage.
- NEMS Lab (2021). Breathing efficiency and endurance in runners.