Adidas kembali ngegas dengan merilis Prime X Strung 3.0 — sepatu superstacked legal non-legal yang udah ditunggu banyak pelari. Tapi di balik hype-nya, apa sebenarnya yang bikin versi ini berbeda dari pendahulunya?
Pertama, bagian upper STRUNG sekarang dirancang ulang. Dengan pendekatan data-driven dari tekanan dan pergerakan kaki pelari elite, pola jalinan benang pada upper dibuat lebih presisi dan ringan. Hal ini nggak cuma bikin sepatu lebih stabil, tapi juga lebih responsif saat menapak dan mendorong.
Midsole tetap memakai foam Lightstrike Pro, tapi versi ini didesain ulang dengan bantuan carbon rods baru. Rigiditas yang meningkat memberi efek propulsi yang lebih kuat saat fase toe-off, membantu pelari menjaga kecepatan lebih lama terutama di long run. Dalam riset oleh Willwacher et al. (2020), stiff plate atau rod bisa mengurangi kerja otot betis, sehingga pelari jadi lebih hemat energi.
Outsole-nya juga bukan sekadar kosmetik. Adidas menggabungkan dua jenis karet: Continental di bagian depan untuk grip maksimal di jalan basah dan kering, serta Stealth rubber di bagian tumit untuk stabilitas saat mendarat.
Secara keseluruhan, sepatu ini cocok buat pelari berpengalaman yang pengin kombinasi bantalan empuk, struktur tinggi, tapi tetap cepat. Karena stack height-nya ekstrem (>50mm), pemula mungkin butuh adaptasi lebih.
Kesimpulan
Prime X Strung 3.0 bukan cuma sekadar upgrade estetika. Ini adalah upaya serius Adidas buat nyempurnain sepatu super high-stack yang tetap efisien dan stabil. Buat kamu yang suka eksplorasi sepatu performa tinggi, ini wajib dicoba.
Referensi:
- Yong, J., et al. (2022). Textile-engineered uppers in performance footwear. Journal of Sports Engineering.
- Willwacher, S., et al. (2020). The influence of midsole bending stiffness on running performance. Footwear Science.
- Adidas Running (2025). Prime X Strung 3.0 Tech Overview.