Banyak pelari pemula mikir kalau mau makin jago, harus makin kencang tiap latihan. Padahal justru sebaliknya: lari pelan alias easy run itu kunci buat jadi lebih cepat dan kuat dalam jangka panjang.

Easy run dilakukan di zona 2 heart rate, sekitar 60–70% dari maksimal detak jantungmu. Rasanya nyaman, kamu masih bisa ngobrol sambil lari. Tapi di balik kenyamanan itu, terjadi banyak hal penting dalam tubuh:

  • Tubuh membentuk kapiler baru di otot, bantu distribusi oksigen lebih efisien.
  • Meningkatkan fungsi mitokondria, tempat produksi energi.
  • Menurunkan risiko cedera karena tekanannya rendah buat sendi dan otot.

Menurut riset Seiler (2010), atlet elite menghabiskan sekitar 80% waktu latihannya di zona easy. Jadi bukan soal malas-malasan, tapi strategi buat jaga konsistensi dan progres.

Bayangin kamu sedang membangun rumah: easy run itu fondasinya. Nggak kelihatan langsung hasilnya, tapi jadi pondasi kuat untuk latihan tempo, interval, dan long run yang lebih berat.

Kalau kamu ngerasa belum ada peningkatan walau rajin lari, coba cek lagi: udah cukup easy run-nya belum?

Referensi:

  • Seiler, S. (2010). Intensity distribution in elite endurance athletes. Sports Science Review.
  • Midgley, A. W., et al. (2006). Training intensity distribution. International Journal of Sports Physiology and Performance.