Pernah bingung baca review sepatu lari yang isinya penuh istilah kayak “heel drop 10mm”, “stack height 38mm”, atau “rocker geometry”? Buat kamu yang baru mulai lari, angka-angka ini bisa terdengar teknis banget. Tapi tenang—semua ini sebenarnya bisa bantu kamu milih sepatu yang paling cocok buat kebutuhanmu.

1. Heel Height vs Forefoot Height

  • Heel height adalah tinggi bantalan sol di bagian tumit.
  • Forefoot height adalah tinggi sol di bagian depan kaki (biasanya di bawah jari-jari).

Contoh:

  • Heel = 36 mm
  • Forefoot = 28 mm

Angka ini penting karena menentukan “drop”.

2. Drop (Heel-to-Toe Drop)

Drop = selisih antara heel dan forefoot. Dalam contoh di atas: 36 – 28 = 8 mm drop.

  • Drop tinggi (8–12 mm): Cocok buat pemula, pelari dengan tumit sensitif, atau yang biasa mendarat dengan tumit (heel strike).
  • Drop rendah (0–6 mm): Lebih natural dan cocok buat pelari yang mendarat di bagian tengah atau depan kaki (midfoot/forefoot strike).

Drop memengaruhi beban otot dan teknik lari. Nggak ada yang paling bagus—yang ada, paling cocok.

3. Stack Height (Tinggi Sol Total)

Stack height menunjukkan seberapa tebal bantalan di sepatu. Makin tinggi, makin empuk. Tapi bisa juga makin goyang.

  • Stack tinggi (30–40 mm): Cocok buat long run, recovery, atau pelari yang suka bantalan maksimal.
  • Stack rendah (<25 mm): Lebih responsif dan ground feel-nya tinggi—cocok buat speedwork atau race pendek.

4. Rocker Geometry

Sepatu dengan “rocker” punya sol bagian depan atau belakang yang melengkung. Ini bantu kamu melangkah lebih efisien, terutama saat capek atau buat pelari yang kurang fleksibel.

5. Gaya Mendarat: Heel, Midfoot, Forefoot

  • Heel striker: Tumit mendarat lebih dulu. Drop tinggi dan bantalan empuk bisa bantu.
  • Midfoot striker: Mendarat di tengah kaki. Drop sedang dan sepatu netral cocok.
  • Forefoot striker: Ujung kaki mendarat duluan. Drop rendah bikin transisi langkah lebih natural.

Jadi Kalau Mau Beli Sepatu, Baca Reviewnya Gimana?

  1. Lihat Drop-nya: Kalau kamu baru mulai dan sering heel strike, cari drop 8–12 mm.
  2. Cek Stack Height: Long run = stack tinggi. Mau responsif? Stack lebih rendah.
  3. Berat Sepatu: Semakin ringan, makin cepat (tapi kadang mengorbankan bantalan).
  4. Foam/Midsole: Nama-nama kayak ZoomX, Lightstrike, FuelCell itu foam. Ada yang empuk, ada yang kaku. Sesuaikan selera.
  5. Outsole: Kalau kamu sering lari di jalan basah atau trail, pastikan grip-nya oke.

Intinya

Sepatu lari itu personal. Angka-angka teknis kayak drop, stack, dan rocker bukan cuma istilah keren—mereka bisa bantu kamu nemuin sepatu yang paling cocok. Jadi sebelum beli, luangkan waktu buat pahami fitur dan review-nya, biar nggak salah pilih.

Jangan anggap sepele angka-angka sepatu. Heel drop, stack height, dan rocker bisa pengaruh besar ke kenyamanan dan performa lari kamu. Pilih yang sesuai gaya lari dan kebutuhanmu.

Referensi:

  • Willwacher, S., et al. (2014). Biomechanical analysis of running shoes with different heel-to-toe drops. Footwear Science.
  • Sun, X., et al. (2020). Effects of rocker-soled shoes on gait and biomechanics. Gait & Posture.